Hari
Kamis, tanggal 12 Oktober 2017, Bandara RHF melaksanakan kegiatan Latihan
Penanggulangan Keadaan Darurat atau yang biasa dikenal dengan Airport Emergency
Exercise (AEE). AEE kali ini lumayan besar, karena melibatkan pihak eksternal
Bandara RHF. Selain melibatkan Komunitas Bandara, juga melibatkan unsur lain
seperti Regulator (Kemenhub), Pemda, dan juga Militer. Sebenarnya gak hanya AEE
aja, tapi ada kegiatan lain yg juga dilaksanakan yaitu Airport Contingency
Exercise (ACE) walaupun hanya sebatas Table Top aja.
Kegiatan
yg bertajuk RAJA IV diawali dengan adanya demo masa di Bandara yg menolak
seorang Pengusaha dari luar daerah yg akan berinvestasi di Tanjungpinang.
Kebetulan pengusaha tersebut menggunakan pesawat Bangau Air yg akan mendarat di
Bandara RHF hari itu. Masa melakukan demo yg mengarah ke anarkis sehingga
mengganggu ketertiban dan keamanan Bandara RHF, dan bahkan sempat menyandera
Sekuriti Bandara.
Karena
keadaan sudah diluar control, Pak GM Bandara RHF meminta bantuan Komandan
Pangkalan Udara TNI AU (Lanud) RHF untuk mengambil alih komado dan melakukan
tindakan pengamanan. Danlanud RHF segera berkoordinasi dengan Komandan
Pangkalan Udara TNI AL (Lanudal) Tanjungpinang dan Komandan Wing Udara II TNI
AL Tanjungpinang serta Kepolisian Sektor
Bandara RHF untuk mengerahkan pasukan mengamankan Bandara RHF. Keadaan segera
bisa dikuasai, masa pun dapat dipukul mundur dan Bandara RHF kembali normal.
Namun
ternyata masalah belum selesai, Bangau Air mengalami crash di bahu kiri runway
04 yg disinyalir penyebabnya adalah Drone yg tertabrak pesawat dan masuk ke
mesin sehingga membuat pesawat menjadi hilang kendali dan jatuh. Tim PKPPK
Bandara RHF beserta unsur pendukung segera melakukan tindakan penyelamatan.
Pesawat terbakar, namun api dapat segera dipadamkan oleh Tim PKPPK Bandara RHF
beserta unsur pendukungnya.
Dalam
latihan ini ditampilkan bagaimana Koordinasi di lapangan antar instansi,
kemudian kecepatan (respon time) Tim PKPPK dalam melakukan pergerakan ke lokasi
kecelakaan dan tindakan penyelamatan. Bagaimana penanganan tim medis terhadap
para korban. Lalu pengaturan kendaraan ambulan dan tim penolong yang lain. Gak
cuma itu sodara2, masih ada lagi yg ditampilkan, yaitu koordinasi pihak Bandara
dan Airnav Indonesia Cabang Pratama Tanjungpinang dalam penerbitan NOTAM,
pengaturan pesawat yg akan masuk ke Bandara RHF, termasuk koordinasi di
lapangan. Masih ada lagi, yaitu penanganan keluarga penumpang pesawat yg panik.
Bagaimana pihak Bandara dan Airline berkolaborasi menangani keluarga penumpang
yg panik dan ingin tau keadaan keluarganya yg menjadi penumpang di pesawat tsb.
Secara
umum kegiatan berlangsung dengan lancar. Semua pihak yg terlibat, melaksanakan
latihan ini dengan sungguh2. Kegiatan ini sudah direncanakan dari pertengahan
tahun 2017 dimana ane dan temen2 Airnav juga dilibatkan dalam hal ide dan
pembuatan scenario sampai dengan pelaksanaan kegiatan tersebut. Jauh sebelum
pelaksanaan kegiatan, para pihak yg terlibat sudah diundang rapat untuk
koordinasi dan persiapan pelaksanaan kegiatan.
Ada
beberapa penerbangan yg harus tertunda karena kegiatan ini, namun menurut ane
kegiatan ini penting dan harus dilaksanakan. Temen2 PKPPK harus melaksanakan
latihan ini untuk melatih respon time, kesiapan personil dan kendaraan. Pihak
Bandara dalam hal ini Angkasa Pura II juga harus melatih kemampuan pejabat
beserta jajaran pendukungnya dalam berkoordinasi dan melakukan tindakan
penanganan keadaan darurat dan kontigensi. Temen2 Airnav jg dapat mengukur
kemampuan dalam menangani keadaan darurat dan kecepatan dalam penerbitan
informasi aeronautika (NOTAM). Airline juga berlatih melakukan tindakan dalam
menangani kondisi darurat, seperti penanganan terhadap keluarga penumpang, lalu
penanganan terharap pesawat yg harus delay termasuk penanganan penumpang delay.
Pihak Kesehatan Bandara, Rumah Sakit, PMI, Militer, Basarnas, dan lain2 yg ane
gak bias sebutin satu persatu, mendapat banyak manfaat dari latihan ini.
Masih
banyak manfaat kegiatan ini yg ane gak bisa sampaikan, namun intinya dengan
rutin berlatih, kita dapat melatih diri dan kemampuan kita dalam menghadapi
kondisi darurat. Diharapkan, apanila terjadi hal2 yg tidak diinginkan, kita
semua dapat melakukan tindakan yg benar. Dalam kegiatan ini juga ada tim
penilai, yg akan memberikan masukan pada saat evaluasi disaat kegiatan telah
selesai dilaksanakan.
Karna
ada istilah, “lebih baik bermandi keringat di medan latihan daripada bermandi
darah dalam perang”, ane rasa cocok untuk kegiatan ini.