Weh weh weh... Sakti bener tuh
Pak Bupati yg terhormat, kagak dapet tiket pesawat, eh doi langsung perintahkan
Satpol PP untuk nutup Bandara. Ane gak habis pikir sama tuh Pak Bupati yg
terhormat, koq bisa2nya doi bertindak senaif itu dengan memanfaatkan kekuasaan
yg dimiliki untuk melakukan tindakan yg merugikan orang banyak.
Pertama ane tau kejadian ini dari
jejaring sosial. Dan yg pertama kali muncul dalam pikiran ane, tuh Bupati koq
nyolotin banget ya, koq gak mikir gitu kalo tindakannya bisa merugikan karier
doi. Sekarang kan era teknologi informatika, apa2 tersiar dengan begitu
cepatnya, dan bahkan begitu luasnya. Begitu masyarakat luas tau, nama doi udah
pasti jelek. Dan pemerintah pasti gak tinggal diam, pasti pemerintah juga udah
siapkan sanksi buat Pak Bupati.
Nah, menyangkut kasus ini, ane
gak bakal ngebahas kronologis kejadiannya, namun ane akan bahas dikit mengenai
penutupan Bandara. Sebenarnya boleh gak sih Bandara itu ditutup? Trus kalo
boleh, siapa yg berhak menutup Bandara? Alasan apa yg bisa menjadi bahan untuk
menutup sebuah Bandara? Lha...??? Banyak pertanyaan yg muncul pada akhirnya.
Kayak toko aja, maen tutup2 (ho
ho ho...). Dengan alasan tertentu, Bandara bisa saja ditutup. Namun bukan
karena Pak Bupati gak kebagian tiket atawa ketinggalan pesawat, tapi untuk
alasan keselamatan, keamanan, dan operasional. Contoh yg paling sering terjadi
di negara kita, “kabut asap”. Akibat kabut asap, jarak pandang berkurang dan
membahayakan penerbangan, maka Bandara bisa saja ditutup. Atau misalkan ada
latihan militer yg melibatkan pesawat tempur dan peralatan perang, Bandara bisa
jadi juga ditutup. Atau seperti yg terjadi di Bali beberapa waktu yg lalu,
Bandara ditutup karena menghormati umat Hindu di Bali yg sedang merayakan Hari
besar Nyepi.
Nah, nutup Bandara juga tidak
semudah membalikkan telapak tangan. Secara yg menggunakan jasa kebandarudaraan
itu kan banyak. Ada Maskapai Penerbangan, ada penumpang, ada perusahaan kargo,
dan lain2 yg apabila terjadi penutupan Bandara dapat merugikan pihak2 tersebut.
Setidak-tidaknya kalau Bandara harus ditutup, pihak2 tersebut mengetahui
sehingga dapat menekan kerugian yg dapat ditimbulkan.
Penutupan sebuah Bandara
dituangkan dalam sebuah pemberitahuan yg kalo di dunia penerbangan disebut
NOTAM (Notice to Airmen). NOTAM diterbitkan melalui NOTAM Office di Jakarta
atas usulan Kepala Bandara melalui Unit AIS (Aeronautical Information Service).
NOTAM memiliki bahasa baku dan tidak semua orang bisa menterjemahkannya
sekalipun itu adalah orang penerbangan. Nanti deh, di tulisan selanjutnya ane
akan coba membahas khusus tentang NOTAM.
Sekarang kita lanjut ke masalah
penutupan Bandara. Jadi menurut ane, yg namanya nutup Bandara tanpa alasan yg
bisa diterima dan sembarangan, bisa dikatakan itu tindakan melanggar hukum. Dan
sudah pasti harus ada sanksinya. Ingat Bro, Bandara itu walaupun domestik namun
segalanya mengacu pada peraturan penerbangan internasional. Dan kalo sempet
katakanlah kasus ini terdengar ke dunia internasional, bisa berabe Bro. Inget
kan kasus dimana Eropa melarang seluruh Maskapai Penerbangan Nasional kita
untuk terbang ke Eropa? Ada yg bilang kalo itu politis, ada yg bilang kalo itu
egoisme orang Eropa, namun kalo kita mau berkaca, itu juga salah kita,
regulator, operator, pengguna jasa, dan lain2 yg memang masih belum bisa
setertib sodara2 kita di Eropa sana.
Semoga kasus ini bisa jadi
pelajaran untuk kita semua...