Dari pagi sampe siang ini tiap
liat tipi yg muncul cuma dua berita aja, yg pertama pemanggilan Anas
Urbaningrum ke KPK dan yg kedua pengalihan beberapa penerbangan komersil
berjadual Bandara Soekarno-Hatta ke Bandara Halim Perdanakusuma. Berhubung yg dibahas
sama alexander soewondo hanya berkisar di dunia penerbangan, terpaksa kasus Anas
Urbaningrum vs KPK gak kita bahas. Alexander soewondo kan Blog penerbangan,
bukan Blog politik, jadi Admin harus konsekuen dengan mottonya “ATC, Bandara
Raja Haji Fisabilillah, & Dunia Penerbangan menurut kacamata alexander
soewondo”.
Jadi ceritanya gini sodara2. Semua
itu berawal dari kapasitas Bandara Soeta yg udah melebihi ambang batas, yg mana
akibat dari itu semua banyak penerbangan yg akhirnya harus terdelay. Contoh sederhana
aja, dalam satu jam, runway di Bandara Soeta hanya sanggup menampung 70an
pergerakan, sedangkan aktualnya lebih dari itu. Akibatnya pesawat harus di
holding di udara maupun di darat. Terjadi antrian yg panjang pada jam2 tertantu
yg tentu saja mengakibatkan delay.
Setau ane, udah banyak cara
dilakukan untuk memecah kepadatan pergerakan pesawat pada jam2 tertentu. Salah satunya
meninjau ulang slot time yg telah diberikan dan menambah jam operasi di
beberapa Bandara sampai jam 12 malam, pemisahan control tower Utara dan Selatan. Pokoknya macem2 dah, ane gak sanggup
untuk ungkapkan satu per satu. Namun itu semua belum cukup, kondisi tidak
terlalu berubah, tetep ngantri di udara dan di darat. Tetep delay dan penumpang
kecewa.
Akhirnya ada satu wacana yg
kemudian terealisasi, yaitu pengalihan beberapa penerbangan Bandara Soeta ke
Bandara Halim Perdanakusuma (kita sebut aja Bandara Halim, kepanjangan soalnya,
ane capek ngetiknya). Ini menimbulkan pro dan kontra. Ada beberapa pihak yg
mendukung namun banyak pula yg kecewa. Buat beberapa pihak, pengalihan
penerbangan ke Bandara Halim dinilai dapat mengurangi beban Bandara Soeta. Namun
untuk beberapa pihak, ini bukan solusi tapi justru malah membuat masalah baru.
Setau ane, di Bandara Halim ada
beberapa Squadron TNI AU, yg artinya akan selalu ada aktivitas pergerakan
pesawat militer. Lha kalo digunakan sebagai Bandara Komersil, mau gak mau yg
militer kan terganggu. Pergerakan pesawat militer kan gak selalu latihan
perang, ada yg touch and go, trainning ke area, aerobatic flight, formation
flight, macem2 dah pokoknya.
Trus di Halim itu juga digunakan
sebagai sekolahan calon penerbang. Dimana para siswa melakukan aktivitas
belajar terbang (eh belajar menerbangkan pesawat maksudnya). Dan trainning
flight dalam dunia perATCan adalah prioritas terakhir, artinya mesti ngalah
sama yg komersil dan militer. Kan kesian juga tuh para siswa, mesti pinter2
nyari waktu buat latihan terbang.
Lha, masih banyak lagi masalah yg
ditimbulkan. Antara lain pergerakan pesawat kepresidenan dan para tamu negara
yg mengharuskan Bandara Halim steril untuk beberapa saat. Wah, macem2 dah. Terkesan
sok tau banget ane yak...??? Tapi kenyataan koq sodara2, secara lulus dari PLP
Curug, ane kan sempet magang di Tower Halim, makannya ane tau banget kondisi
disindang (eh disana maksudnya).
Namun biar gimana, dengan
dialihkannya beberapa penerbangan ke Bandara Halim, beban Bandara Soeta jadi
berkurang sedikit. Kemungkinan delay bisa diminimalisir. Walaupun sebenarnya
ini bukan solusi terbaik untuk jangka panjang. Karena biar gimana, pertumbuhan
pesawat, penumpang dan kargo akan terus bertambah seiring dengan perkembangan
jaman.
Nah, sebagai pengamat dunia
penerbangan yg masih bau kencur, ane punya pendapat. Untuk mengurangi beban Bandara
Soeta, ada beberapa hal yg bisa dilakukan, semisal penambahan runway baru,
penambahan jumlah taxiway, penambahan terminal baru, peninjauan ulang dan
pengaturan slot time, navaid baru. Masih ada lagi, yaitu pemberlakuan biaya
landing fee yg mahal pada jam2 tertentu dalam hal ini pada jam2 spesial yg
biasa disebut peak hour atau golden time, dan pemberlakuan tarif murah atau
bahkan gratis untuk penerbangan tengah malam.
Ane berharap, pemerintah dalam
hal ini Departemen Perhubungan, Angkasa Pura II, dan juga AirNav Indonesia
dapat segera menemukan solusi terbaik untuk ini semua tanpa ada pihak yg
dirugikan. Semoga semuanya berjalan lancar tanpa suatu kendala.