Ini tulisan ngelanjutin tulisan
ane sebelumnya di bloq sebelumnya juga, judulnya Tentang "ATC (1)" dan juga yg baru ane tulis beberapa waktu yg lalu di bloq ini Menara Control di Bandara. Di dua tulisan tersebut ane hanya memberikan
gambaran umum aja tentang profesi ATC atau Air Traffic Controller atau yg
bahasa nasionalnya Pemandu Lalu Lintas Udara. Nah di tulisan yg ini, ane mau
memberikan sedikit informasi mengenai caranya menjadi seorang petugas lalu
lintas udara.
Dimana harus mendaftar, lalu
bagaimana caranya, seleksi penerimaannya bagaimana, trus gimana juga dengan
kampus, asrama, serta sistem pendidikannya. Biaya pendidikannya berapa dan
kalau sudah lulus bekerja dimana, serta yg terakhir bagaimanakah
penghasilannya.
Pada awalnya, pendidikan ATC di
Indonesia hanya ada satu yaitu di PLP Curug yg berada di Tangerang. PLP
(Pendidikan dan Latihan Penerbangan) Curug, atau yg sekarang berganti nama
menjadi STPI (Sekolah Tinggi Penerbangan Indonesia) adalah sebuah sekolah kedinasan
milik pemerintah yg menggunakan sistem pendidikan ketarunaan. Nah sekarang
penyelenggara pendidikan ATC tidak lagi hanya di STPI Curug saja, tapi sudah
ada di Medan, Surabaya, dan juga Makasar dengan nama ATKP (Akademi Teknik dan
Keselamatan Penerbangan).
Trus bagaimana cara
pendaftarannya? Gampang aja, tinggal buka di website masing2 lembaga
pendidikan, atau datang langsung ke lokasi pendaftaran.
Lihat websitenya di :
STPI Curug : stpicurug.ac.id
ATKP Medan : atkapmedan.ac.id
ATKP Surabaya : atkpsby.ac.id
ATKAP Makasar : atkap-makassar.ac.id
Silahkan buka di masing2 website nya, lengkap dari profil sampai
dengan fasilitas dan sistem pendidikannya. Sebagai gambaran umum aja,
pendidikannya menganut sistem ketarunaan yg tidak hanya mengutamakan aspek akademis
namun juga menambahkan aspek kedisiplinan, mental, dan juga kesamaptaan.
Adapun gambaran umum seleksi awal adalah dimulai dari seleksi
administratif yg sebenarnya juga sama saja dengan perguruan2 tinggi lainnya,
dari mulai mengisi formulir dan melengkapi syarat2 seperti ijazah terakhir,
akte kelahiran, fotokopi KTP, pas foto, Surat Keterangan Kelakuan Baik, dan
lain2nya. Lolos seleksi administratif, ada seleksi akademis yaitu ujian
tertulis. Ujian tertulis ini standard sama dengan ujian masuk sekolah2
setingkat perguruan tinggi. Kalo jaman ane dulu, ada 3 mata pelajaran yaitu
Matematika, Bahasa Inggris dan Fisika. Sekarang ya masih sama kayaknya.
Setelah tes akademis masih ada beberapa tahapan tes lagi yg salah
satunya adalah tes kesehatan. Terdiri dari tes urine, tes darah, tes mata, tes
buta warna, rontgen, dan tes fisik.
Psikotes menjadi ujian selanjutnya. Gak
terlalu susah sih, lantaran sekarang kan banyak panduan ikut psikotes di
internet atawa dari buku2 panduan. Tes selanjutnya adalah wawancara. Pada saat
wawancara, kita diberi pertanyaan seputar dunia penerbangan dan juga bahasa
inggris, untuk mengukur sejauh mana pengetahuan kita tentang dunia penerbangan,
kemampuan berbahasa inggris kita dan satu lagi mendeteksi bakat dan minat kita.
Yg terakhir adalah pantukhir alias penentuan akhir, dimana kita bisa
diterima atau tidak untuk bergabung menjadi taruna yg akan dididik menjadi
seorang ATC yg cakap dan mampu bekerja dengan baik sesuai aturan penerbangan
internasional.
Setelah diterima menjadi Taruna di pendidikan tersebut, para siswa
diberi asrama, dan wajib tinggal di asrama tersebut. Mereka akan diberi ijin
pesiar, atau berlibur ke luar asrama pada saat weekend ataupun libur nasional.
Para Taruna dididik secara profesional mengacu pada aturan penerbangan sipil
internasiona dan juga dilatih menjadi manusia yg bermental baja, berfisik kuat,
yg mampu menghadapi tantangan dalam bekerja di dunia penerbangan. Tidak hanya
teori, melainkan juga praktek simulator dan juga praktek lapangan yg langsung
terjun ke dunia kerja yg sebenarnya dibawah bimbingan senior2 mereka di
lapangan agar kelak mampu menjadi insan penerbangan yg handal.
Pendidikan ATC diawali dengan JATC atau Junior Air Traffic Controller,
jejang terendah dalam karir seorang ATC. Lulus pendidikan JATC, seorang ATC
berhak mendapatkan JATC License sebagai dasar dia bekerja dan mendapatkan
Rating Aerodrome Control Tower (ADC). ATC baru tidaklah serta merta bisa
langsung bekerja, melainkan harus mengikuti ujian untuk mendapatkan rating
tempat dia bekerja.
Jenjang selanjutnya adalah SATC atau Senior Air Traffic Controller,
dimana setelah lulus ATC mendapatkan SATC License. Rating yg bisa didapatkan
adalah APP (Approach Control Office) non Radar dan ACC (Area Control Center)
non Radar. Yaitu wilayah kerja yg lebih luas dari ADC dimana kalau ADC hanya
mengatur pergerakan pesawat di visinity of aerodrome atau pergerakan pesawat di
bandara atau di udara namun masih dapat dilihat oleh mata telanjang. Sedangkan
APP non Radar dan ACC non Radar mengatur pergerakan pesawat di ruang udara yg
sudah ditetapkan dengan batasan2 tertentu dan pastinya diluar jangkauan mata
manusia.
Masih ada beberapa Rating yg bisa didapatkan seorang Air Traffic
Controller, salah satunya adalah Rating Radar. Dimana untuk mendapatkannya,
seorang ATC harus menempuh pendidikan setidaknya 3 bulan. Radar adalah
teknologi yg membuat kerja seorang ATC menjadi mudah lantaran pesawat yg
dipandu bisa dilihat di display dan bisa dideteksi arah pergerakannya,
kecepatan dan ketinggiannya.
Tugas utama seorang ATC adalah mencegah terjadinya tabrakan antar
pesawat, baik itu dengan sesama pesawat, ataupun dengan benda2 lain di darat
seperti mobil, atau bisa juga bukit dan gunung. Ditambah lagi seorang ATC harus
bisa memberikan pelayanan terbaik dalam menjaga efisiensi pergerakan pesawat
sehingga tercipta penerbangan yg selamat, aman dan bahkan hemat energi. Tidak
hanya itu, ATC juga memberikan Alerting Service dimana keselamatan pesawat
dijaga semaksimal mungkin termasuk apabila terjadi hal2 yg tidak diinginkan
seperti accident dan incident.
ATC dituntut bekerja sangat profesional, lantaran pekerjaannya yg
menyangkut nyawa banyak orang. Maka dari itu tidaklah mudah menjadi seorang
ATC. Dari awal seleksi masuk ke pendidikan, ditambah lagi dengan materi
pendidikan yg berat. Dan setelah lulus dari pendidikan, ATC tidaklah langsung
bisa bekerja, melainkan harus mengikuti ujuan mendapatkan rating sesuai dengan
ilmu yg dimiliki dan kondisi di lapangan.
Ujian License dilaksanakan setiap dua tahun sekali oleh regulator
ditambah ujian rating yg harus terus dilaksanakan setiap 6 bulan sekali. Tidak
hanya itu, ATC aktif juga harus mengikuti ujian standard bahasa inggris
penerbangan dan setiap tahunnya ATC harus mengikuti tes kesehatan. Ini semua
dilakukan demi mendapatkan ATC yg bisa bekerja sesuai dengan aturan
internasional yg dikeluarkan oleh ICAO (International Civil Aviation
Organization) sebuah organisasi Penerbangan Sipil Internasional yg sudah
diratifikasi oleh Indonesia yg mengatur seluruh aturan penerbangan bagi negara
anggotanya.
Lalu setelah lulus dari pendidikan, dimanakah ATC bekerja? Dalam hal
ini siapakah penyelenggara pelayanan lalu lintas udara? Beberapa waktu yg lalu
telah terbentuk sebuah badan hukum berbentuk Perum yg akan menjadi pemeran
tunggal penyelenggara pelayanan lalu lintas udara di Indonesia. Adalah AirNav
Indonesia yg menjadi penyelenggara tunggal pelayanan lalu lintas udara di
Indonesia.
Untuk masalah salary, ane rasa agak tabu kalo disebutin nominalnya.
Tapi yg jelas tidak ada satupun ATC di Indonesia yg hidupnya susah.
Alhamdulillah baik yg di daerah maupun yg di kota besar bisa dikatakan bahagia.
Karena menurut pendapat ane, berapapun gaji yg kita terima, kembali kepada kita
masing2 dalam mengolahnya, kembali kepada kita masing2 dalam mensyukurinya.
Inilah sekelumit gambaran yg bisa ane bagi kepada ente2 pada penggemar
ane tentang seperti apa ATC itu dan bagaimana caranya supaya bisa menjadi ATC.
Terima kasih buat adik ane yg paling judes sedunia (Afin Hananiyah) yg telah memberikan banyak inspirasi,
masukan, dan semangat kepada ane untuk tulisan ane yg gak seberapa ini. Semoga
bermanfaat terutama bagi para calon ATC yg siap bekerja demi Merah Putih
memberikan pelayanan terbaik terhadap keselamatan penerbangan...