Thursday, September 22, 2016

Etika Naik Pesawat (2)

Tulisan ini adalah tambahan atas apa2 yg pernah ane tulis di Blog ane yg gak seberapa ini (Etika Naik Pesawat) sekitar tahun 2014. Dan ternyata, beberapa hari yg lalu ane bepergian ke Surabaya dan menemukan beberapa kejadian yg menurut ane sebenarnya tidak perlu terjadi seandainya kita para penumpang peduli dan tau apa yang harus dilakukan.

Kebetulan pada penerbangan tersebut pesawat yang ane tumpangi (eh bukan tumpangi, tapi naiki... kalo numpang kan gak bayar ya...) adalah Boeing 737 seri 900 dimana nomer tempat duduknya sampai nomer 39 (mohon dikoreksi kalo salah ya). Dan kebetulan juga, ane dipercaya sama mbak2 Check In untuk duduk di Kursi Emergency.

Dan kebetulan lagi (kebetulan mulu), pesawat yang ane naiki tidak menggunakan fasilitas garbarata, jadi pada saat boarding, penumpang bisa masuk lewat pintu depan dan pintu belakang pake tangga biasa, lantaran kebanyakan fasilitas garbarata hanya menggunakan pintu depan saja. Lha yg namanya depan belakang buka, ane sebagai penumpang ya cari yg efisien, nomer tempat duduk ane di 30an, ya ane liwat pintu belakang downk. Taruh bagasi cabin di tempat bagasi di atas kepala, trus ane duduk.

Dan ternyata banyak penumpang yg tidak berfikiran sama dengan ane. Yang punya nomer kursi di belakang, masuk pesawat lewat pintu depan, dan yg punya nomer kursi di belakang pada lewat depan. Akhirnya di dalam pesawat, pas dekat dengan kursi yg ane tempatin terjadi kemacetan. Yg dari depan pengen ke belakang, yg dari belakang pengen ke depan. Dibutuhkan kesabaran ekstra dari Mbak2 Pramugari pada penerbangan tersebut. Bagaimana Mbak2 Pramugari tersebut dengan sabarnya mengatur duduk para penumpangnya yg pada kebingungan. Ditambah lagi beberapa penumpang yg sudah mendapat tempat duduk, gak langsung duduk di tempatnya, malah berdiri2, kan jadi macet. Hadewhhhh...

Memang sih, pada akhirnya penumpang bisa mendapatkan tempat duduk sesuai dengan yg tertera pada boarding pass nya masing2, namun memakan waktu banyak, dan butuh kerja ekstra dari Mbak2 Pramugarinya.

Masalah yg terjadi tidak hanya itu, Beberapa penumpang duduk di tempat duduk yg bukan seharus nya mereka tempati. Misalnya yg seharusnya duduk di dekat lorong, malah duduk di dekat jendela, kan jadi panjang urusan. Terpaksa Mbak2 Pramugari juga yg turun tangan.

Masih ada lagi sodara2, pada saat pesawat mendarat dan taxi menuju ke apron, sudah ada penumpang yg berdiri untuk mengambil bagasi cabin di tempat bagasi di atas. Lha, kan dah diumumin, jangan membuka sabuk pengaman sebelum pesawat benar2 berhenti dengan sempurna. Buka sabuk pengaman aja gak boleh lho, apalagi berdiri trus buka tempat bagasi di atas. Untung Mbak2 Pramugarinya sigap, langsung penumpang tersebut diperingatkan untuk duduk kembali. Gak tanggung2, pake pengeras suara. Penumpang lain pada ngeliat, kan malu jadinya.

Dari kejadian2 tersebut diatas, ada beberapa kesimpulan yg bisa kita ambil supaya kejadian tersebut tidak terulang kembali.
  1. Perhatikan dengan seksama Boarding Pass anda.
  2. Pastikan nomer penerbangan yang tertera di Boarding Pass.
  3. Pastikan nomer tempat duduk anda.
  4. Jikalau pesawat tidak menggunakan fasilitas garbarata, anda naik pesawat dari pintu belakang atau depan, sesuaikan dengan nomer tempat duduk anda.
  5. Jikalau sudah menemukan nomer tempat duduk anda, pastikan anda duduk di tempat yg benar (apakah di tengah, di lorong, atau di dekat jendela)
  6. Kalo bingung, mending nanya sama Mbak2 Pramugari atau Mas2 Pramugara nya)
  7. Langsung duduk pada tempatnya, karena kalau anda masih berdiri2 di lorong, penumpang yg lain gak bisa lewat.
  8. Pasang sabuk pengaman.
  9. Matikan telepon genggam.
  10. Tegakkan sandaran kursi.
  11. Buka penutup jendela di samping anda (kalo ente duduk di dekat jendela)
  12. Lipat meja di depan anda.
  13. Berdoa untuk keselamatan.
Tambahan lagi neh, selama lampu tanda kenakan sabuk pengaman menyala, jangan sekali2 membuka sabuk pengaman anda apalagi berdiri.

Kalo kita semua tertib, penerbangan akan berjalan lancar tanpa harus tertunda gara2 hal2 yg tidak seharusnya terjadi. Bayangkan, kalau setiap kali boarding tertunda 10 menit. Kalau dikalkulasikan ke penerbangan selanjutnya, bisa delay lama pesawat tersebut. Ane ambil contoh, pesawat berangkat dari Jakarta ke Surabaya, trus lanjut ke Makasar, trus ke Ambon, trus balik lagi ke Makasar, Surabaya dan Jakarta. Kalaulah disetiap Bandara tersebut terdelay 10 menit aja, udah 1 jam 10 menit total delay yg disebabkan lambatnya proses boarding. Lha, penyebab delay kan gak cuma itu aja, bisa karena traffic padat, cuaca buruk, dan lain2.

Semoga tulisan ini bermanfaat untuk kita semua...



Pendaratan Pertama di Pulau Bintan

Mencoba mengenang kembali kisah dua puluh tahun yang lalu, saat dimana ane dan seorang teman berangkat meninggalkan Jakarta menuju ke Pulau ...