Friday, December 27, 2013

Antara Tiket, Pak Bupati, dan Bandara Tutup

Weh weh weh... Sakti bener tuh Pak Bupati yg terhormat, kagak dapet tiket pesawat, eh doi langsung perintahkan Satpol PP untuk nutup Bandara. Ane gak habis pikir sama tuh Pak Bupati yg terhormat, koq bisa2nya doi bertindak senaif itu dengan memanfaatkan kekuasaan yg dimiliki untuk melakukan tindakan yg merugikan orang banyak.

Pertama ane tau kejadian ini dari jejaring sosial. Dan yg pertama kali muncul dalam pikiran ane, tuh Bupati koq nyolotin banget ya, koq gak mikir gitu kalo tindakannya bisa merugikan karier doi. Sekarang kan era teknologi informatika, apa2 tersiar dengan begitu cepatnya, dan bahkan begitu luasnya. Begitu masyarakat luas tau, nama doi udah pasti jelek. Dan pemerintah pasti gak tinggal diam, pasti pemerintah juga udah siapkan sanksi buat Pak Bupati.

Nah, menyangkut kasus ini, ane gak bakal ngebahas kronologis kejadiannya, namun ane akan bahas dikit mengenai penutupan Bandara. Sebenarnya boleh gak sih Bandara itu ditutup? Trus kalo boleh, siapa yg berhak menutup Bandara? Alasan apa yg bisa menjadi bahan untuk menutup sebuah Bandara? Lha...??? Banyak pertanyaan yg muncul pada akhirnya.

Kayak toko aja, maen tutup2 (ho ho ho...). Dengan alasan tertentu, Bandara bisa saja ditutup. Namun bukan karena Pak Bupati gak kebagian tiket atawa ketinggalan pesawat, tapi untuk alasan keselamatan, keamanan, dan operasional. Contoh yg paling sering terjadi di negara kita, “kabut asap”. Akibat kabut asap, jarak pandang berkurang dan membahayakan penerbangan, maka Bandara bisa saja ditutup. Atau misalkan ada latihan militer yg melibatkan pesawat tempur dan peralatan perang, Bandara bisa jadi juga ditutup. Atau seperti yg terjadi di Bali beberapa waktu yg lalu, Bandara ditutup karena menghormati umat Hindu di Bali yg sedang merayakan Hari besar Nyepi.

Nah, nutup Bandara juga tidak semudah membalikkan telapak tangan. Secara yg menggunakan jasa kebandarudaraan itu kan banyak. Ada Maskapai Penerbangan, ada penumpang, ada perusahaan kargo, dan lain2 yg apabila terjadi penutupan Bandara dapat merugikan pihak2 tersebut. Setidak-tidaknya kalau Bandara harus ditutup, pihak2 tersebut mengetahui sehingga dapat menekan kerugian yg dapat ditimbulkan.

Penutupan sebuah Bandara dituangkan dalam sebuah pemberitahuan yg kalo di dunia penerbangan disebut NOTAM (Notice to Airmen). NOTAM diterbitkan melalui NOTAM Office di Jakarta atas usulan Kepala Bandara melalui Unit AIS (Aeronautical Information Service). NOTAM memiliki bahasa baku dan tidak semua orang bisa menterjemahkannya sekalipun itu adalah orang penerbangan. Nanti deh, di tulisan selanjutnya ane akan coba membahas khusus tentang NOTAM.

Sekarang kita lanjut ke masalah penutupan Bandara. Jadi menurut ane, yg namanya nutup Bandara tanpa alasan yg bisa diterima dan sembarangan, bisa dikatakan itu tindakan melanggar hukum. Dan sudah pasti harus ada sanksinya. Ingat Bro, Bandara itu walaupun domestik namun segalanya mengacu pada peraturan penerbangan internasional. Dan kalo sempet katakanlah kasus ini terdengar ke dunia internasional, bisa berabe Bro. Inget kan kasus dimana Eropa melarang seluruh Maskapai Penerbangan Nasional kita untuk terbang ke Eropa? Ada yg bilang kalo itu politis, ada yg bilang kalo itu egoisme orang Eropa, namun kalo kita mau berkaca, itu juga salah kita, regulator, operator, pengguna jasa, dan lain2 yg memang masih belum bisa setertib sodara2 kita di Eropa sana.

Semoga kasus ini bisa jadi pelajaran untuk kita semua...

No comments:

Post a Comment

Pendaratan Pertama di Pulau Bintan

Mencoba mengenang kembali kisah dua puluh tahun yang lalu, saat dimana ane dan seorang teman berangkat meninggalkan Jakarta menuju ke Pulau ...