Tuesday, September 3, 2013

Tentang "ATC (3)"

Ini adalah kelanjutan dari beberapa tulisan ane yg gak seberapa itu, diawali dari yg pertama Tentang "ATC (1)", lalu dilanjutkan dengan Menara Control di Bandara, dan kemudian Tentang "ATC (2)" yg membahas secara umum mengenai apa itu ATC dan bagaimana dan dimana ATC bekerja, sampai bagaimana caranya menjadi seorang ATC. Kali ini ane akan membahas (eh bukan membahas ding), lebih tepatnya bercerita dan berbagi tentang pengalaman ane sebagai seorang ATC hingga saat ini.

Ane baru jadi ATC sekitar 13 tahun. Masalah pengalaman, kalo dibandingkan dengan temen2 dan senior2 ane di tempat lain, ibarat kata pengalaman ane tuh hanya sehelai daun di dalam rimba belantara hutan amazon. Tapi gak ada salahnya kan, kalo ane bercerita sedikit tentang beberapa pengalaman selama 13 tahun jadi ATC yg gak seberapa ini. Yuk kita mulai Cyiiinnnnn...

Magang Di Halim
Ane lulus PLP Curug tahun 1999, sembari nunggu SK CPNS keluar, ane magang di Halim. Itung2 nambah pengalaman, nambah wawasan, nambah ilmu, nambah teman, dan yg paling asik adalah nambah isi dompet (dapet honor woy...). Banyak hal2 baru yg ane dapatkan di Halim, dari mengenal berbagai macam tipe pesawat, cara menangani tranning flight, military flight, VVIP movement, formation flight, aerobatic flight, dan lain2. Halim is the best lah pokoknya (two thumbs up).

Penempatan di Bandara Kijang yg sepi
Alhamdulillah, SK CPNS ane akhirnya keluar juga. Ane dapet penempatan di Bandara Kijang Tanjungpinang. Bulan Agustus 2000, ane berangkat ke lokasi Tentang "Kisah Pendaratan Pertama di Pulau Bintan" dan mendapati Bandara yg menjadi tempat ane bekerja ternyata gak ada pesawatnya alias sepi. Pada saat itu pesawat berjadual yg terbang ke Bandara Kijang tercinta cuma dua kali seminggu, hari Senin sama Kamis aja, itupun cassa 212 yg menerbangi rute perintis ke pulau Matak dan Natuna. (aihhhh... nelongso banget...)

Banda Aceh (TNI Polri vs GAM)
Lantaran sepi, akhirnya kami para ATC baru Bandara Kijang yg masih trengginas dan ganas2 ditugaskan ke Bandara Sultan Iskandar Muda (SIM) di Banda Aceh. Pada saat itu Bandara SIM gak punya ATC organik. Jadi akhirnya kami2 lah yg dikirim kesana untuk menjadi teman para pilot di ruang udara Banda Aceh. Sebuah pengalaman yg unik dan tak terlupakan karena dinas ditemani oleh mas2 Tentara anggota Paskhas TNI AU yg mukanya serem2 ditambah lagi sambil megang senapan SS1 plus granat manggis di pinggangnya. Ditambah suara rentetan senapan mesin dan ledakan granat disaat terjadi kontak senjata antara TNI/ Polri versus GAM yg menambah indah suasana. (APAAA...??? INDAHHHHH...???) Banda Aceh memang penuh kenangan, kenangan dikagetin sama suara ledakan granat yg menggelegar di siang hari beberapa puluh meter dari bagunan Tower tempat ane bertugas. Kenangan ngeliat keringat kawan segede-gede jagung lantaran nyaris diculik sama GAM. Tapi biar bagaimanapun gak bisa dipungkiri bahwa Aceh kala itu telah menambah warna dari pengalaman ane yg gak bisa dibayar dengan apapun juga.

Banda Aceh (Tsunami)
Tanggal 26 Desember 2004 telah terjadi gempa yg hebat di bagian utara pulau Sumatera yg menyebabkan terjadinya Tsunami yg melanda sebagian besar wilayah provinsi Nangroe Aceh Darussalam. Sekali lagi ane ditugaskan ke Banda Aceh untuk misi yg berbeda, “Kemanusiaan”. Itulah untungnya jadi ATC, disaat tiket pesawat susah karena memang banyak sekali yg berangkat ke Aceh, ane tinggal tunjukin aja surat tugas ane ke Garuda Indonesia, langsung deh dapet tiket. Misi kali ini lumayan berat, lantaran Bandara SIM menjadi pintu masuk pesawat2 yg membawa bantuan untuk korban Tsunami. Luar biasa, pergerakan pesawat yg banyak tidak didukung oleh fasilitas yg baik lantaran beberapa fasilitas vital banyak yg rusak akibat gempa. Dinas di Tower darurat, sarapan nunggu nasi bungkus yg dibawa Garuda dari Medan (saat itu warung makan blm banyak yg buka), tidur di kantor (darurat karena gak ada Mess), wah pokoknya darurat banget dah. Banyak hal baru yg ane pelajari disana yg tidak ane dapatkan ketika masih di Pendidikan dulu. Ngurusin FlightPlan, Pengaturan Slot Time, pengaturan parkir pesawat, pengaturan pesawat datang dan berangkat (Non Radar), mana dialek Bahasa Inggris pilot2 asing kan beda2 (logat orang Jepang, Rusia, Inggris, Ostrali, dll berbeda) membuat ane harus lebih konsentrasi penuh pada saat bertugas. Sekali lagi ini adalah pengalaman mahal, sangat2 mahal buat ane. (gak lebay neh, kenyataan...)

Dinas Rambo
Ini juga seru, seseru tembak2annya Rambo lawan Vietkong di Pilem. Tahun 2004, Briefing Office (BO) kosong ditinggal petugasnya sekolah di Medan selama lebih kurang sembilan bulan. Eh, personil ATC juga kurang lantaran banyak juga yg sekolah dan tugas luar. Akhirnya kami yg di Tower merangkap dinas di BO. Dinas sendiri di Tower, begitu pesawat landing, turun ke BO trus nungguin pilotnya isi FlightPlan. Habis kirim FlightPlan, naik lagi ke Tower sampe pesawat berangkat, trus turun lagi ke BO kirim Departure Message. (lumayan naik turun tangga, badan sehat betis gede)

Pesawat Nyungsep
Lha kalo ini jangan sampai terulang kembali, baik kepada ane maupun temen2 sesama ATC, sedih Cuy. Pernah suatu hari ada pesawat yg melakukan Test Flight di Utara Pulau Bintan dan ane adalah petugas ATC di Radar. Awalnya semua berjalan normal, sampai suatu saat target pesawat hilang dari Radar, dan Pilotnya ane panggil2 gak jawab. Perasaan gak enak, ane minta bantuan temen ATC Batam untuk menghubungi operator pesawat. Ternyata, dapet laporan, pesawat tersebut jatuh di pesisir pantai pulau Bintan. Innalillahiwainnailaihirojiun, Pilot beserta kru yg lain meninggal, pesawat hancur.

Freeze...
Otak beku, gak bisa mikir, panik, terdiam, terpaku, terbelenggu, jatuh, dan terinjak (lebaayyyyyy...) Ini kejadian pada waktu ane masih magang di Halim, masih under supervisi, masih hijau, masih lugu. Hari itu adalah hari Sabtu, dimana banyak pesawat yg melakukan trainning dan joy flight. Saat itu ada 9 pesawat yg contact Tower, dalam waktu yg hampir bersamaan. Satu ingin begini, satu ingin begitu, yg lain maunya gini satu lagi mau itu, pokoknya ane jadi bingung (sampe kepala gak gatel pun digaruk-garuk) karena blm pernah menghadapi keadaan begini. Ane panik dan gak bisa ngapa2in, untung supervisor ane cepat tanggap, mic yg ane pegang langsung disamber, semua pesawat diatur sedemikian rupa, satu persatu sampai tuntas. (alhamdulillah, ane kena omel)

Banyak suka duka yg ane dapatkan dari menjadi ATC, dari susahnya kalo dinas sendirian karena kekurangan personil (pada saat itu), nahan laper gara2 pesawat delay, nahan pipis pas ada pesawat lagi trainning “touch and go”, bahkan kadang2 gak tahan akhirnya pipis di botol aqua (gak ada yg liat ini), sampe kenal deket dengan pilot2 TNI AL jadi bisa numpang ke Batam gratis pake Nomad atau Cassa 212, yg enaknya lagi kalo pas patroli ke Selat Malaka trus lanjut ke Medan, dapet oleh2 Bika Ambon  sama Manisa Jambu (makasih mas pilot), macem2 dah pokoknya. Tapi apapun kendala yg dihadapi, tetep lebih banyak sukanya. Apalagi di daerah, banyak waktu senggang yg bisa dimanfaatkan untuk hal2 lain yg positif, tinggal gimana kita menikmatinya aja.

Alhamdulillah, sampe dengan saat ini ane gak ada pikiran untuk beralih profesi, malah kalo bisa ya tetep jadi ATC lah. Itulah sedikit pengalaman ane selama 13 tahun jadi ATC ganteng. Seperti yg ane sampaikan di paragraph dua, pengalaman ane kalo dibandingin sama temen2 yg laen ibarat kata hanya seperti sehelai dauh di belantara hutan amazon, gak ada apa2nya. Berhubung ini Blog ane yg punya, ya yg ane ceritain ya pengalaman ane, biar ane jadi terkenal. :p


7 comments:

  1. mas numpang nanya dong
    kira2 jadi ATC gajimnya brp ya?

    ReplyDelete
  2. @ nicholas : Gaji ATC alhamdulillah, cukuplah...

    ReplyDelete
  3. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
  4. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
  5. Seminggu berapa hari ya kerjanya gan?

    ReplyDelete
  6. Kak, kalo mau magang di Atc untuk jurusan telkom, itu menghubungi humasnya kemana ya kak? Kalo cr di website2 cuma nomor bandara aja kak

    ReplyDelete

Pendaratan Pertama di Pulau Bintan

Mencoba mengenang kembali kisah dua puluh tahun yang lalu, saat dimana ane dan seorang teman berangkat meninggalkan Jakarta menuju ke Pulau ...